Jumat, 02 Mei 2014

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN SECARA DEPLOMASI




PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN SECARA DEPLOMASI
Di
S
U
S
U
N
Oleh :
Arcon Marsila Ismail

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH 2013


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kita semua sehingga pembuatan makalah ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam kita persembahkan kepada junjungan kita Muhammad SAW, oleh karena beliaulah kita dapat mengenal ilmu pengetahuan dan memberantas kebodohan.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan pemakalah sampaikan kepada pembimbing kita dan kepada seluruh sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memabntu kami dalam menyelesaikan makalah ini yang berjedul ‘ AGRESI MILITER BELANDA PERTAMA
Kami menyadari berbagai kelemahan, kekurangan dan keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekurangan disana sini dalam penulisan dan penyajian makalah ini. Oleh Karena itu, dengan tangan terbuka, seraya kasih, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, kepada Allah jualah kami menyerahkan diri dan memohon taufik hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.





Banda Aceh

Arcon Marsila Ismail




DAFTAR ISI

                                                                                          
KATA PENGANTAR............................................................................        i
DAFTAR ISI..........................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................        1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Agresi Militer Belanda Pertama..................................................        2
B.     Menghadapi Militer Belanda Pertama........................................        3
C.     Lokasi dan Tujuan.......................................................................        4

BAB III PENUTUP
Kesimpulan.............................................................................................. 5         

DAFTAR PUSATAKA..........................................................................        6









 
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perundingan Linggajati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk mendatangkan pasukan yang lebih banyak dari negerinya. Untuk memperoleh dalil guna menyerang Republik Indonesia mereka mengajukan tuntutan sebagai berikut:
1.      Supaya dibentuk pemerintahan federal sementara yang akan berkuasa di seluruh Indonesia sampai pembentukan Republik Indonesia Serikat. Hal ini berarti Republik Indonesia ditiadakan.
2.      Pembentukan gendermeri (pasukan Keamananan) bersama yang akan masuk ke daerah Republik Indonesia.
Republik Indonesia menolak usul itu karena berarti menghancurkan dirinya sendiri. Penolakan itu menyebabakan Belanda melakukan agresi militer terhadap wilayah Republik Indonesia. Serangan belanda dimulai tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota-kota besar di Pulau Jawa dan sumatera. Menghadapi militer Belanda yang bersenjata lengkap dan modern menyebabakan satuan-satuan tentara Indonesia terdesak ke luar kota.
Tanggal 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum agar supaya RI menarik mundur pasukan sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Tentu pimpinan RI menolak permintaan Belanda ini. Agresi pertama dilakukan Belanda terutama karena perbedaan pendapat mengenai status kekuasaan di Pulau Jawa, Madura dan sumatera sebelum dibentuk Negara Indonesia Serikat. Belanda ingin menjalankan hubungan luar negeri Indonesia dan keinginan itu ditolak Indonesia. (Ensiklopedi Nasional Indonesia 1 : 1988)


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Agresi Militer Belanda Pertama
Persetujuan Linggarjati yang ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 antara Indonesia–Belanda sebagai upaya mengatasi Konflik melalui Jalur Diplomasi. Akan tetapi, Belanda mengingkari perundiongan ini dengan jalan melakukan Agresi Militer Pertama pada tanggal 21 Juli 1947. Tujuan Belanda tidak dapat melakukannya sekaligus, Oleh karena itu untuk tahap pertama Belanda harus mencapai sasaran sebagai berikut :
Ø  Bidang Politik : 
Pengepungan Ibu Kota RI (Republik Indonesia) dan penghapusan RI (Republik Indonesia) dari peta (menghilangkan de facto RI).
Ø  Bidang Ekonomi : 
Perebutan Daerah–Daerah penghasil bahan makanan (Seperti Daerah Beras di Jawa Barat dan Jawa Timur) dan bahan Ekspor (Perkebunan di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera serta pertambangan dan perkebunan di Sumatera).
Ø  Bidang Militer :
Penghancuran TNI (Tentara Nasional Indonesia) Jika Tahap Pertama ini dapat berhasil maka tahap berikutnya adalah menghancurkan RI secara total. Ibu Kota RI (Republik Indonesia) pada waktu itu terkepung sehingga hubungan ke luar sulit dan Ekonomi RI (Republik Indonesia) mengalami kesulitan karena daerah–daerah penghasil beras jatuh ke tangan Belanda.
Dalam Agersi Militer Pertama ini walaupun Belanda berhasil menduduki beberapa daerah kekuasaan RI akan tetapi secara Politis Republik Indonesia naik kedudukannya di mata dunia. Negara–Negara lain merasa simpati seperti Liga Arab yang sejak 18 November 1946 mengakui kemerdekaan Indonesia. Agresi militer Belanda terhadap Indonesia mengakibatkan permusuhan Negara-Negara Arab terhadap Belanda dan menjadi simpati terhadap Indonesia. Dengan demikian dapat menguatkan kedudukan Republik Indonesia terutama di Kawasan penting secara Politik yaitu Timur Tengah.
B. Menghadapi Agresi Militer Belanda
Agresi terbuka Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 menimbulkan reaksi yang hebat dari dunia. Pada tangggal 30 juli 1947 pemerintah India dan Austtralia mengajukan permintaan resmi agar masalah Indonesia segera dimasukan dalam daftar acara dewan keamanan. Permintaan itu diterima baik dan pada tanggl 31 Juli dimasukan sebagai acara pembicaraan dewan keamanan. Tanggal 1 Agustus 1947 dewan Keamanan memerintahkan penghentian permusuhan kedua belah pihak, yang dimulai pada tanggal 4 Agustus 1947. Dalam laporanya kepada dewan keamanan, komisi konsuler menyatakan bahwa sejak tanggal 30 Juli samapai 4 Agustus pasukan Belanda masih mengadakan  gerakan militer. Pemerintah Indonesia menolak garis demarkasi yang dituntut oleh pihak Belanda berdasarkan kemajuan-kemajuan pasukanya setelah perintah gencatan senjata. Perintah penghentian tembak menembak tidak memuaskan. Belum ada tindakan yang praktis untuk meneyelesaikan masalah penghentian tembak-menembak untuk mengurangi jumlah korban yang jatuh.
Pada bulan Januari 1948 tercapai suatu persetujuan baru di atas kapal Amerika USS Renville di pelabuhan Jakarta. Persetujuan ini mengakui suatu gencatan senjata disepanjang apa yang disebut dengan “garis Van Mook”, suatu garis buatan yang menghubungkan titik-titik terdepan pihak Belanda walaupun dalam kenyataanya masih tetap ada banyak daerah yang dikuasai pihak republic di belakangnya. Walaupun persetujuan ini tampaknya seperti kemenangan besar pihak Belanda dalam perundingan.
Namun tindakan yang bijaksana dari pihak Republik dalam menerima persetujuan itu (suatu tindakan yang sebagian didorong oleh kurangnya amunisi di pihak Republik) menyebabkan mereka memenangkan kemauan baik Amerika yang sangat menetukan Penghinaan dari ‘aksi polisionil’ pertama dan persetujuan Renville yang mengikutinya menyebabkan jatuhnya pemerintahan Amir Sjarifuddin. Pada bulan Januari 1948 tercapai suatu persetujuan baru di atas kapal Amerika USS Renville di pelabuhan Jakarta.
C. Lokasi dan Tujuan
Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, J. A. Moor menulis agresi militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. DiSumatera Timur, sasaran mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya adalah wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
Pada agresi militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus, yaitu Korps Speciaale Troepen (KST) di bawah Westerling yang kini berpangkat Kapten, dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST (pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari pembantaian di Sulawesi Selatan belum pernah beraksi lagi, kini ditugaskan tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatera
Tujuan utama Agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok untuk dunia Internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggajati.  Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda. Pada 9 Desember 1947, terjadi Pembantaian Rawagede

BAB III
PENETUP
Kesimpulan
Operasi militer ini merupakan bagian dari Aksi Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggajati. Tentara Sekutu baru datang ke Indonesia untuk menerima penyerahan tentara Jepang pada awal Oktober 1945. Di Sumatera dan Jawa oleh tentara Inggris dan di Indonesia Timur oleh Australia. Tugas Sekutu adalah memulangkan tentara Jepang dan tentara Belanda serta orang Eropa yang ditawan Jepang. Di Jawa tugas Sekutu itu dilaksanakan oleh TKR karena tentara Inggris tidak dapat mencapai daerah pedalaman. Kehadiran tentara Inggris tidak serta merta  diterima dengan baik oleh rakyat Indonesia.
Dalam bulan Oktober sampai November 1945 terjadi perlawanan rakyat Indonesia terhadap tentara Inggris di Sumatera dan Jawa seperti di Medan, Palembang, Bandung, Ambarawa,Semarang dan Surabaya. Ketika tentara Inggris kemudian ditarik pulang dan ternyata meninggalkan tentara Belanda yang ingin menguasai kembali Hindia Belanda, pertempuran meletus di mana-mana. Belanda memperkuat posisi di Indonesia yang sudah merdeka. Untuk mencapai hal itu mereka melaksanakan operasi militer yang mereka sebbut "Operatie Product" (bahasa Indonesia: Operasi Produk) atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947.



DAFTAR PUSTAKA
Ø  Dr. A.H. Nasution, "Diplomasi atau Bertempur, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia" Bandung. Hal 45-47


Tidak ada komentar:

Posting Komentar